Assalamu’alaikum
wr.wb
KKN-mate. Risty-echa-meera-panji-rifni-yola-vivi. |
Hey maafkan sesuai janji, post kali ini bukan tentang style saya tetapi tentang KKN saya. Sebenarnya ini juga sekalian sebagai tulisan tugas essay saya di KKN. Hari ini saya akan menceritakan tentang pengalaman saya dua bulan, yang bukan hanya saya simpan di memori saya tetapi juga ada di tulisan ini ketika kelak saya merindukan masa-masa ini.
Waktu itu saya sedih karena tidak mendapat kesempatan untuk KKN-PPM yang notabene adalah nginep kata orang KKN itu lebih berasa kalau nginepnya, akhirnya saya memilih KKN Alternatif yang notabene adalah tiap hari bolak-balik dengan jam kerja empat jam sehari. Saya mendapat tugas mengabdi di Masjid Al-Hidayah, Dongkelan, Panggungharjo, Sewon-Bantul. Bagaimana kami selama dua bulan disana mengabdi untuk masyarakat dengan keterbatasan yang kami miliki. Tentu saja keterbatasan tenaga, energi dan banyak hal lain. Tapi marilah biarkan saya mulai bercerita dari awal.
I adore my daddy’s so
much,
papah saya adalah role model bagi
saya. Kenapa saya membicarakan tentang papah? Karena dari papah saya belajar bagaimana
mengabdi di masyarakat dengan tulus dan ikhlas. Iya, papah adalah pemimpin yang
pernah sangat amat disayang masyarakatnya walau hanya di lingkup kecil dan
papah yang sekarang adalah pemimpin amat disayangi oleh bawahannya. Itu
sebabnya dari awal KKN ini papah selalu mengatakan “mengabdilah dengan tulus
dan ikhlas, insyaAllah mereka juga menyayangi echa dengan tulus dan ikhlas” dan
dari awal pun saya selalu menautkan itu di hati saya.
Tunggu
tapi apakah awal-awal kami diterima dengan baik dengan semua warga, tentu saja
semuanya membutuhkan proses yang panjang sampai akan saya bilang kelompok kami
berhasil. Awal-awal mungkin orang-orang tidak akan pernah tau bagaimana kami
dibandingkan dengan salah satu universitas negeri di Yogyakarta karena pada
saat itu kami berbarengan dengan mereka yang walau berbarengannya hanya satu
bulan. Bukan hanya warganya, anak-anak tpa pun membandingkan kami tapi sekali
lagi saya akan bilang setiap tahap butuh ‘proses’ bukan?
Kami berusaha keras menjadi kami apa
adanya di masyarakat menjadi diri kami pribadi tanpa membohongi segala hal. Pertema-tama mencoba bersilaturahmi dengan tokoh-tokoh masyarakat, lalu
kami memulai mendekatkan diri dengan anak-anak tpa yang dengan kepolosan mereka
seringkali kami dibandingkan di awal-awal, kami membuka bimbel setiap habis
maghrib setiap hari anak-anak membludak sampai kadang kami bingung, kadang mereka
jika tidak ada bimbel atau pr mereka seringkali ke masjid hanya untuk bertemu
kami dan bermain. Kami memang menyediakan beberapa permainan di posko, seperti puzzle, permainan tradisional seperti
dakon, ular tangga dan monopoli walaupun ketika kami sibuk berkegiatan mereka
tetap anteng dengan mainannya.
My moodbooster |
Semakin kesini mereka semakin menyayangi
kami seperti kami menyayangi mereka dengan tulus, karena bagi saya anak-anak
paling tahu yang mana seseorang menyayangi mereka tulus atau tidak. Anak-anak
buat saya adalah bagian penting, menghadapi mereka dengan karakter berbeda-beda
dengan mood yang kadang gak bisa di handle. Anak-anak bagi saya
adalah moodbooster saya, waktu itu
saya pernah sakit dan memang harus bedrest
karena darah saya hingga 60/80 selama dua hari saya gak boleh istirahat total
dengan ancaman dokter kalau hari ketiga gak sembuh saya harus istirahat di
rumah sakit. Sekuat tenaga saya berusaha untuk sembuh, kenapa? Karena saya
rindu anak-anak, rasanya selama bedrest saya merasa sangat kesepian tidak bisa
bertemu anak-anak. Siapa sangka setelah saya masuk mereka bilang kangen dan
maunya saya aja yang ngajar hahahah. Mereka penyemangat saya, saat saya cape, saya
lelah, saya patah hati mereka yang selalu membuat saya lupa dengan semua itu walau
menghadapi mereka membutuhkan tenaga ekstra.
Lomba menggambar |
Sebelum pamitan |
Ketika
mengajar saya selalu membiasakan memberi tos atau pelukan sebagai reward kepada anak-anak ketika bisa
menjawab pertanyaan dari saya dan mas Panji, iya tpa kita dibagi kelasnya. Saya
serta mas Panji mendapat kelas B, selalu setiap pulang sewaktu mereka salim
saya selalu bilang “Hati-hati dan jadi anak shalih/ah ya sayang.”. Sebisanya
saya gak pernah timpang sebelah hanya menyayangi anak ini atau itu, bagi saya
semuanya amat saya sayangi. Anak-anak mba echa sama mas panji di kelas B yang
udah pintar dan semoga apa yang kalian tulis di pohon impian yang kalian buat
bisa terwujud semuanya ya, Egi, Rayhan, Madon, Ahmad, Azzam, Pasha, Sani,
Delvi, Devi, Defi, Difa, Nabilla, Alsya, Aim, Queen, dan anak-anak mba echa
yang lain. Mba echa pasti bakal kangen kalian semuanya.
Mba Echa look so serious. |
Cerita selanjutnya tentang remaja Angkatan
Muda Masjid Al-Hidayah, terimakasih mas-mas, mbak-mbak, adek-adek AMMAL,
pertama terimakasih banyak karena sudah banyak membantu kami selama
berkegiatan, kegiatan dadakan maupun gak. Awal-awal sama seperti yang lain kita
tidak terlalu dekat dengan AMMAL, saya yang orangnya amat sangat supel dengan
semua orang mencoba mendekatkan diri dengan AMMAL. Saya adalah penghubung
teman-teman kelompok dengan AMMAL. Main modus-modus’an, becanda-becanda itu
sudah biasa buat kami dan AMMAL, sampai kami bilang mas Panji punya kembaran
siapa? Fadli hahahha. Mereka adalah saudara kedua bagi kami. Bagi saya, saya
amat menggagumi AMMAL kenapa? Karena di lingkungan rumah saya di Banjarmasin
saya tidak menemukan pemuda dan pemudi se-aktif AMMAL bahkan cenderung cuek
satu sama lain, AMMAL melaksanakan banyak kegiatan seperti tadarus
setiap hari rabu malam setelah isya, mereka mengumpulkan barang berkas warga
dan mereka gak takut kotor, mereka mengadakan pengajian pemudi rutin, mereka
membantu setiap kegiatan masjid dan masih banyak hal lain yang dilakukan AMMAL.
Sekarang AMMAL-pun sama seperti anak-anak tpa merekapun amat jadi bagian
penting bagi hidup kami. Putri, Intan, Maya, Rita, Anggi,Upi, Riska, Mas
Ikhsan, Mas Wawan, Fardan, Raka, Apip, Fadli, Fandi, Sendi, Mas Nawan dan masih banyak lagi yang gak bisa disebutkan. Gonna miss you guys!
Tadarus Keliling |
Barkas |
me-mas wawan-Intan |
Fardan-Fadli-Me |
The Team! |
Bukan hanya di lingkungan saja, tapi saya juga menjadi panitia kecamatan kkn-uad, saya bilang itu hal paling drama banget selama kkn sampai saya yang tadinya semangat ikut kegiatan koorcam sampai di titik 'mbuh-ah' hahahha, tapi btw katanya kalo kkn gak cinlok gak afdol hahahah. Iya saya ketemu si cranky sewaktu menjadi panitia koorcam :p hahahah.
Selama dua bulan semua yang kami punya kami kerahkan tenaga, energi dan
lain-lain semua kami kerahkan untuk bisa bermanfaat di padukuhan dongkelan
selama dua bulan itu. Tanggal 26 Juli 2015, dimana acara terakhir kami disana
sore itu kami tetap mengajar tpa seperti biasa tetapi hari itu kami hanya
mengobrol tentang pamitan kami dan pelan-pelan memberi pengertian ke anak-anak
bahwa kkn kami sudah berakhir. Apa yang kami semua kaget? Semua anak-anak
menangis, mungkin kecuali yang masih tk dan paud karena mereka belum mengerti
ini. Saya yang sudah menahan akhirnya tumpah ruah tak terkecuali yang lain, especially mas Panji pun ikut menangis
sore itu. Kita gak pernah tau seberapa anak-anak menyayangi kita. Pamitan kami
belum berkahir sore itu malamnya setelah isya kami mengadakan pengajian.
Bagaimana pengajiannya? Diisi sambutan oleh pak dukuh-pak ketua takmir dan
salah satu tokoh masyarakat semuanya berpesan bahwa mereka akan selalu menerima
kami, beliau-beliau berpesan untuk selalu main ke dongkelan terutama untuk
menenggok anak-anak, dan kami sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi antara
terharu, lega, sedih, senang semuanya jadi satu. Tunggu masih ada kejutan lain
untuk kami, apa? Kami mendapat masing-masing satu bingkisan dari masyarakat
dongkelan antara bingung, terharu dan kaget. Ada apa lagi? Yang spesial malam
itu anak-anak tpa bernyanyi spesial untuk kami dan terakhir mereka bilang
“terimakasih kakak-kakak kkn universitas ahmad dahlan, we love you” itu menjadi penutup yang berharga untuk kami selama
dua bulan, di akhir kami saling bersalaman bersama bapak-bapak dan berpelukan bersama
ibu-ibu dan anak-anak, kami tidak pernah menyangka bahwa kami sampai
sebegininya hingga ibu-ibu pun ikut menangis melepas pamitan kami.
Kini
kami membuktikan walaupun kami hanya KKN Alternatif yang hanya empat jam kerja,
tapi kami bisa membuat masyarakat begitu dekat dengan kami, sama-sama saling menyayangi. Tentu saja kami semua tidak akan melupakan padukuhan dongkelan, semua
memori kami disana, semua keluarga kami ada disana. Terimakasih untuk waktu dua
bulan ini, semoga kami bermanfaat di masyarakat.
PS: Terimakasih juga untu waktu dua bulan ini untuk partner KKN saya yang ketemu setiap hari, mungkin kadang saya dan mereka ada di titik lelah, ada di titik dimana kami bisa kesal saling gak tegur sapa, marah, dongkol dan lain-lain tapi selama dua bulan ini kalian adalah saudara buat saya, semoga kita terus ada bukan hanya sewaktu kkn ini tapi seterusnya kita terus bersaudara. Terimakasih vivi, risty, yola, rifni, mba meera, dan mas panji terimakasih banyak semuanya. I love you Guys! :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thank you for stopping!